Diposkan pada Ibu & Anak, kesehatan

Tukang dokter, Terima scan USG hanya 70rb

Beberapa hari yang lalu saya memeriksakan kandungan Istri ke dokter. Memang baru sebatas ‘curiga’ karena memang baru diliat dari tanda-tanda awal kehamilan. Tapi itu yang malah bikin penasaran, daripada takut salah makan dan salah penanganan jadi diputuskan ke dokter, scan USG sekaligus konsultasi kehamilan.

Singkatnya, sampai ke tempat praktek. Bangunan ruko yang dimodif sedemikian rupa hingga menjadi sebuah tempat praktek yg nyaman, lengkap dengan apoteknya sekalian. Masuk ke dalam, kesan elegan sangat terasa, satu set kursi tamu, kulkas dan alunan musik  instrumental plus harum semerbak. Disebelah dalam ada tempat periksa yg dipisahkan oleh gorden. Wah Ok nih ruangan praktek, begitu kesan saya. Saking nyamannya suasana, bayi sungsang pun mungkin langsung berbalik arah dengan sendirinya… 🙂

Didalam ada perawat pembantu, kinerjanya cepat dan sigap. Dua perawat dan satu dokter, ideal sekali kan?  Hayo, keluhan apapun sepertinya bisa diatasi. Si perawat lansung mempersilakan masuk dan menyiapkan segala sesuatunya. Selimut, kursi khusus dan lainnya. Siap, persiapan beres. Si dokter datang dan tanpa ba..bi..bu langsung melakukan scan USG. Finish….

Ya, selesai. Sang dokter tidak bertanya kalau tidak ditanya. Kalaupun menjawab, ekspresi dan jawabannya terkesan malas-malasan. Saya bertanya :” kira-kira sudah berapa bulan dok?”,
“yaa..kira-kira satu bulan setengah…” ujar dokter.

hening

……..

dokter menulis sesuatu di buku pasien, dengan tulisan sandi cakar ayamnya..

…….

saya bertanya lagi, sambil memperhatikan foto hasil USG ” kalau ada kelainan janin bisa dilihat dari bentuk rahimnya tidak dok?”

“yaaa bisa saja, kita lihat nanti..” jawab dokter.

Saya sebenarnya ingin bertanya tapi si dokter buru-buru menyodorkan buku pasien dan salinan resep. Si perawat membukan pintu, ” Mari…” katanya sambil tersenyum manis…….
Biaya praktek Rp. 70,000,-……

Saya sering mendengar dan membaca keluhan-keluhan macam ini. Tapi bagaimana? Bagaimana cara kita pasien mendapatkan hak yang semestinya kita dapat? Pengalaman yang saya alami jauh dari kata ‘konsultasi’. Yang terjadi hanya scan USG, itu saja! Mana hak  kita untuk memperoleh manfaat dari ilmu yang di dapat si dokter yang telah kuliah susah payah selama bertahun-tahun itu? Saya ingin mendapat nasihat atau petunjuk dari sang dokter, bagaimana menjaga dan merawat kandungan di awal-awal kehamilan, bukan hanya scan USG…
Menyedihkan sekali….

Saya lalu berfikir, apa yang saya dapat? Tidak ada kecuali selembar foto rahim. Pengetahuan apa yang saya dapat? Tidak ada kecuali kekaguman pada alat scan yang dapat menembus perut. Lalu, kenapa di papan nama didepan gedung praktek di pasang tulisan ‘dr. anu, SpOG spesialis kandungan’?

Bagi saya lebih tepat kalau tulisan itu diganti menjadi ‘ tukang dr.anu, Menerima scan USG, murah hanya Rp.70rb’

6 tanggapan untuk “Tukang dokter, Terima scan USG hanya 70rb

  1. sebelumnya, selamat dulu deh….semoga adiknya Fahza lahir sehat, dan lancar persalinannya, amiin.
    Untuk dokternya…gak kaget ji, aku jg ngalami, malah lebih parah, gara2 gak bener diagnosanya, anak pertama gagal hidup, tanpa tahu jelas apa penyebab pastinya.
    Alhamdulillah, diganti Gusti Allah, anak yg keren (lagi) hehe…(narsisnya keluar lagi)

  2. Itulah sedikit contoh kinerja atau etos kerja yg tidak memuaskan,budaya yg tidak memberikan tauladan buat para pasien2nya ya..so memang harus ada kritikan bro..

    1. tapi kalo ngasih kritikan langsung nanti malah jadi kasus kaya ibu prita dan RS omni? Tadinya aku nulis begitu, lengkap dengan nama dan alamatnya. Tapi setelah dipikir2 ya ga usah deh, begitu aja cukup. Yg ngerasa tau aja (kalo yg bersangkutan baca! 🙂 ) yg penting uneg2 dah keluar..

  3. ck.. ck.. agak skeptis rasanya, tapi logis, kalem bro.
    bagaimanapun profesionalnya seseorang, mungkin pada suatu saat bisa sebaliknya, dan kita ada disana di saat yg engga nyaman. hal yg sama juga mungkin suatu saat terjadi sama kita. oya, itu daerah mana?

    1. betul mas. tapi dia kan pekerja publik, harus banyak ketemu orang. tdk seharusnya begitu. kalo merasa tdk mood lebih baik libur dulu prakteknya daripada membuat pasien tdk nyaman atau bahkan salah diagnosa? 🙂
      aku tinggal di banjarbaru kal-sel

Tinggalkan komentar